Kamis, 31 Oktober 2013

Menulis tak akan susah bagi seseorang yang kepalanya diisi bisikan-bisikan mistis, hingga ia hanya mencatat apa yang ia dengar,

Bagaimana car memdengar bisikan mistis itu?

Banyak baca, banyak dengar, banyak menerawang, banyak memganalisis, banyak berdiskusi,

Inspirasi menulis tak akan didapat hanya dengan mengurung diri,

Jika hanya mengurung diri, Kang Abik tak akan bisa menggambarkan seluk beluk Mesir,

Jika hanya mengurung diri, Si Ikal tak akan bisa menggambarkan kultur Melayu Belitong dengan rinci,

Jika hanya mengurung diri, Buya Hamka tak akan mampu memcipta Zainuddin, tokoh keturunan Minang-Bugis dalam Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wick,

Bergeraklah, maka bisikan inspirasi akan selalu menemani,

Semoga kepedulian kita terhadap dunia tulis-menulis makin tinggi...

Informatika Icmi Kairo

Selasa, 15 Oktober 2013

Pengurus Harian


Ketua umum: Ahmad Fani Alfian
Sekretaris umum: Renda Azura Rabbany
Bendahara umum: 
Lisa Wulan

Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan
Ketua: 
Fra Stirena EL-Zehra

Bidang Kader
Ketua: 
Qisthiyah Karimah

Bidang Organisasi
Ketua: 
Hanif Laillisa
Sek: 
Ivand Gerbonk

Bidang Hikmah

Bidang Dakwah
Ketua: 
Aticka Dewi
Sek: Thoyyibatul Amalia

Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan
Ketua: Ulfa Rosyi Asyida
Sek: Leli Kusuma

Bidang Sosial dan Masyarakat
Ketua: Afandi Sudarnadi
Sek: Dony Eko H.

Bidang Immawati
Ketua: Siti Muyasaroh

Senin, 14 Oktober 2013

Sabtu, 28 September 2013

PANDERMAN


Bersama enam belas orang yang telah bersiap dengan gerak langkah pasti (atau mungkin kata mas Arik malah delapan belas orang?? Entahlah,, ^_*) “empat Juni dua ribu sebelas” at panderman!!. Setelah lewat shalat maghrib, kami bersiap menaklukkan puncak panderman, bagi yang mereka yang sudah pernah mendaki panderman mungkin ini hal biasa, tapi bagiku dan beberapa teman yang belum pernah sama sekali, ini adalah pengalaman baru, dan sedikit menegangkan (terkhusus untukku). Sebagai awalan kami semua berdo’a untuk keselamatan bersama dan diakhiri dengan ritual penambah semangat ^^ (toos bareng). Perlahan pasti kami mulai melangkah meniti jalan yang masih datar dan halus (paving malah), beberapa menyeletuk “coba jalannya gini sampai atas” seep bangetlah..!! tapi akan tambah seruuu lagi kalau jalan itu bergerak alias escalator gitu… hahaa ~mimpi kale yeee..~ hiburan hati karena ternyata diriku mulai ngos-ngosan, dengan kondisi yang tak sepenuhnya prima dan sudah kelelahan sedari kemarin, seharusnya aku tak memaksakan kehendak tuk mendaki Panderman, tapi enggan ini terkalahkan oleh rasa penasaranku akan Panderman, namun ternyata justru aku merepotkan banyak orang ^_’ (maafkan diri ini yaa.. percayalah.. semua itu di luar skenario..hehhe) maka perjalanan ini tak hanya menantang tapi juga sungguh sangat melelahkan {huhhhuu}.
        Baru di awal perjalanan, tapi rasanya dada ini sudah tak kuat, nafas terus memburu (hoalah lebay.. hiihii) tapi memang begitulah adanya. Malam itu aku merasa menjadi orang yang paling lemah di dunia ini, bayangkan saja baru melangkah berapa meter saja, ku sudah tepar. Sedikit-sedikit aku meminta istirahat, terkadang juga pening ikut meramaikan lelahnya raga ini.  Saat itu hanya satu yang terlintas dalam benakku, kembali turun ke bawah dan tidur di rumah warga “hahaa”, karena sungguh aku tak ingin merepotkan semuanya, mas-mas, mbak-mbak, teman-teman… . Semuanya tak lelah menyemangatiku [atau mungkin geregetan juga yaaa,, ahhahahhaa]dan tentunya dengan caranya masing-masing yang tak pernah ku lupakan serta boomnya mas mamay wkwkwkwk. Di sela-sela istirahatku yang entah untuk kesekian kalinya, raga ini seperti menuai suntikan semangat yang tak pernah ku tahu dari mana datangnya. Senyum, tawa, dan rangkaian celoteh ku telah kembali ^_* betapa senangnya hati ini {prikitiuw..uw..uw..}.
        Sampai pada pos 2 (kalau tidak salah) menikmati istirahat yang cukup panjang, kemudian kembali melanjutkan perjalanan, tapi ternyata aku mulai mengalami kelelahan yang memang tak seakut di awal namun cukup sangat menggangu dan menderita. Medan yang semakin menantang dan terjal, babatuan, licin. Terperosok menjadi hal yang tak aneh lagi, kelelahan luar biasa, tapi aku punya insulin semangat yang masih ku simpan dalam hati, berjalan tertatih dan merangkak tuk meniti jalur yang tak dapat kulihat karena gulita malam terus membayang. Ketika memandang langit, kawanan bintang menjadi saksi bisu perjalanan kami, para punggawa IMM, menerjang malam menaklukkan puncak tertinggi panderman!! Di atas sebongkah batu seraya duduk berselonjor, mata ini memandang bintang tak lelah menebar kilaunya, entah apa yang membuat ku lantas menitikkan airmata, hanya sekejap namun cukup membuat lega dada ini, dan tentunya tak ada yang melihat (kan malam…hehhee). Dalam tetesan airmata yang hanya sekejap itu, ku sadari di tempat ku berpijak ini sebenarnya sinar bintang sudah terlihat sangat indah, sueer!!, namun satu hal yang harus ku sadari dan yakini, aku akan dapat melihat bintang yang jauuuuuh lebih indah di puncaknya nanti, dan tentu aku harus berjuang untuk itu!!!
        Perjalanan yang begitu.. berharga, takkan pernah ku lupa dan akan menjadi cerita nantinya (begitu kata mas Aam yang baik hati hihihiii). Akhirnya aku dapat menginjak puncak Panderman!! Yuuhuuuu.. dan tentunya tak hanya kawanan bintang yang terlihat, tapi juga kawanan manusia ‘pastinya,, hahahahha’, semua hanya dapat ku lukis dengan satu kata INDAAAH !!! Subhanallah….. Ya Rabb semua hanya karena kuasaMU, akhirnya ku dapat menatap dan menginjakkan kakiku di bumiMu yang lain, syukurku tiada henti setelah serangkaian panjang do’aku terangkai selama perjalanan menggapai puncak, hanya kuasaMu, sungguh semua kehendakMu Ya Tuhanku…
Thanks to:
  • mas Miftah: terima kasih atas pinjaman ranselnya tuk pegangan tanganku, karena itu adalah awal diriku merasa sudah tak mampu ~hihihii..
  • mas Aam: wuuuiih…. Matur suwun sanget engkang kathah… sudah merelakan tangannya tuk ku jadikan tumpuan selama perjalanan di awal.. dan mengiringi sampai di puncak hingga turun ke bawah..
  • mas Eko: makasih,, makasih,, telah menolongku dan menarikku, padahal aku sudah merasa benar-benar tak kuat lagi melangkah, bukannya tak mau menerima uluran tangan peyan, tapi aku malah merasa membebani banyak orang.. hehhee   
  • mas Mamay dan mas Arik: (duo gokil) hahhaahhaa yakinlah sumpah.. aku sangat terhibur dengan lelucon-lelucon peyan berdua selama perjalanan, mau aku dikatain badan double, atau apalah aku gag akan tersinggung.. wes kebaal.. hahhha (ada yang membekas di hati, dan akan ku buktikan!!! Kikukkikukkiukuk..^_*)
  • mas Yogi dan mas Arif: thanks a lot.. sudah susah-susah membawakan tas saya.. huhuuu jadi gag enak..
  • kak Elsa dan Nely: seng kuat reek.. seep wes.!! Tapi kak elsa.. peyan iki ngajak-ngajak malah aku ditinggal disik an.. huhuu.. nely.. terima kasih sudah menyuapi ku dengan sendok mungilmu… hehehe
  • Akbar: tingkyu beud bwt yel-yelnya… hahahhaha sampe isin dewe aq ngerungokne.. ^_^`
  • Mb Khofif dan mb Nila: kita pasti bisa menaklukkan puncak selanjutnya.. chayoo..!! ojok kapok mb Khofif.. aq ae durung kapok masio mberangkang-mbrangkang.. wkwkwkwkk
  • mas Afam: terima kasih buat minumnya.. hehehhe penolong bgt wes..
  • mas Amin dan mas Joko: ucap ku atas terima kasih yang tak terhingga deh pokoknya..^_^, ati-ati mas Amin ojok sering-sering kepleset.. heehehhee
Sudah saya absen semua khan….. jazakallah khairan katsiron…. Semoga Allah yang membalas semua kebaikan kalian yang tak ternilai lagi… oya.. jangan kapok-kapok ngajak saya muncak lagi yaa.. janji wess edisi Panderman adalah yang terakhir.. gag mau lagi kayak gituu… hhehehee>>>>
PANDERMAAANN…….. saya menuai banyak pengalaman berharga!!!

>>>Next time puncak selanjutnya…

Pelangi kata_q
Night, selasa 06 Mei 2011
Karya : Agregat

Pelatihan Manajemen Organisasi 2010


Luar biasa! Kalimat itulah yang melintas di benakku seusai mengikuti acara PMO (Pelatihan Manajemen Organisasi) yang diadakan oleh Korkom IMM UM (Koordinator Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Negeri Malang).
Yupss.. Aku merasa mendapatkan banyak sekali manfaat setelah mengikuti acara ini. Yaa meskipun aku yakin, materi dan pengalaman yang aku peroleh selama PMO tidak lebih banyak dari teman-teman yang bisa mengikutinya dari awal sampai usai. Karena begitu menyayangkan, acara ini berlangsung bersamaan dengan acara yang diadakan oleh Jurusanku. Tapi aku tetap merasa bersyukur, dibanding teman-temanku yang sakit dan ada halangan sehingga tak bisa mengikuti acara ini, bukankah aku merasa jauh lebih beruntung?
Acara ini di mulai pada tanggal 18 Maret 2011, tapi karena pada tanggal itu jurusanku pun sedang melangsungkan kegiatan, maka aku tak bisa berangkat bersama menuju tempat berlangsungnya PMO yaitu di Dusun Princi-Dau-Malang. Aku, pada saat itu sedang mengikuti acara DVD (Die Versammlung der Deutschabteilung) di Balit Jestro Batu.
Akhirnya, Sabtu, 19 Maret 2011 acara Jurusanku (DVD) berakhir pukul 15.00. Setelah itu, akupun segera bergegas melakukan perjalanan menuju Dusun Princi untuk sedikit berpartisipasi dalam acara PMO IMM UM.
Ternyata, di tengah jalan hujan mengguyur cukup deras, dan memang -aku yang selalu malas membawa mantel ini- harus menerima konsekuensi basah kuyup oleh air hujan. Deras dan sangat deras. Alhamdulillah, tak lama kemudian hujan reda, akan tetapi aku masih terkungkung dengan pakaian yang tak menyisakan kehangatan.
Sesampainya di Dusun Princi aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk bersih diri dan berganti pakaian , tak lama setelah itu aku mengikuti materi Manajemen Organisasi yang dibawakan oleh Ayah Diki, yang biasanya aku panggil Bang Diki.:)
Dari materi ini aku bisa sedikit merangkum hal-hal yang berkaitan dengan Manajemen Organisasi, diantaranya:
  1. Hidup harus direncanakan, karena hidup yang tidak direncanakan akan berakhir buruk.
  2. Rencanakan, kita mau kemana? Setelah kuliah apa yang akan kita lakukan?
  3. Menuju cerdas, banyak peluang dan fasilitas, semua kembali pada kemauan dan berangkat dari kerja keras.
  4. Hidup ini bukan sekedar mengurusi perut dan harta, tetapi harus menjadi manfaat bagi orang lain. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain.
  5. Menjadi bermakna dengan mempelajari apapun, karena ilmu sangat berperan. Sebagaimana perintah nabi kepada kita untuk menuntut ilmu dari buaian sampai liang lahat.
  6. Jalin jaringan sebanyak-banyaknya.
  7. Jangan pernah takut terlambat.
  8. Segala sesuatu harus ada control.
  9. Batasi diri sendiri, jangan berkecil hati.
10.  Jangan pernah membatasi mimpi kita.
11.  Hidup akan bermakna setelah mengalami goncangan.
12.  Kesulitan akan mendewasakan kita.
13.  Jika sudah memilih IMM, maka harus siap berdakwah, dan harus selalu di ingat bahwa perjuangan tak akan lepas dari hambatan dan rintangan.
14.  Dalam berorganisasi akan banyak kesulitan, akan tetapi tidak akan terasa sebuah kenikmatan tanpa adanya kesusahan.
Materi ini berakhir jam setengah 5, setelah itu kita istirahat, persiapan sholat maghrib dan makan. Setelah Isya’, dilanjutkan materi tentang Struktural Organisasi, yang di sampaikan oleh Mas Ahmad Zainuri Arif atau biasa kami panggil Mas Arik.
Sedikit yang bisa aku rangkum, antara lain:
  1. Visi IMM : Mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlaq mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
  2. Tri kompetensi dasar IMM, yaitu: Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas.
  3. Tujuan IMM terangkum dalam Anggaran Dasr BAB II pasal 6.
  4. Struktur Organisasi IMM terdiri dari Ketua Umum, Sekretaries, Bendahara.
  5. Dibawah structural tersebut terdiri beberapa Bidang, diantaranya:
  • Bidang Organisasi ; Diarahkan pada tercapainya struktur dan fungsi organisasi serta mekanisme kepemimpinan.
  • Bidang Dakwah ; Gerakan dakwah Islam bernuansa pencerahan dan meramaikan masjid dengan kajian-kajian Islam.
  • Bidang Sosial Ekonomi ; Kemandirian Ikatan.
  • Bidang Keilmuan ; Penguatan basic metodologi kader dan kultur keilmuan.
  1. Kuliah merupakan tanggung jawab individual, dan Organisasi adalah tanggung jawab social. Maka jika kita telah bertekad bergabung dalam naungan IMM, kita harus menyeimbangkan dan mengharmonisasikan antara studi dan organisasi.
Materi ini berakhir sekitar pukul 21.00, tapi kita masih belum diperbolehkan untuk berkelana menuju alam mimpi, kita ditugaskan untuk mereview dan mempresentasikan materi tentang analisis SWOT yang paginya telah di sampaikan oleh Mbak Ochi. Tetapi tadi pagi aku tak sempat mengikuti materi ini. So, aku hanya bisa mendengarkan diskusi dari teman-teman.
Waktu tidak lagi bersahabat, jam di layar HP sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih, maka kita diberi keringanan, tak usah presentasi. Alhamdulillah. Hehe.
Aku belum bisa tertidur, entah kenapa, mencoba menutup mata tapi tetap saja tak bisa. Hingga akirnya setelah tak terdengar suara satupun aku mencoba memaksakan menutup mata. Waktu menunjukkan pukul 23. 03.
Zzzzzzzzttt…. Aku dan yang lainnya merajut mimpi.
02.30.
“Bangun”
“Bangun”
Suara Mbak Funnis dan Mbak Titis menyadarkanku. Aku masih terlalu mengantuk, tapi beliau berdua tetap memaksakan kita untuk segera membuka mata dan  bangun dari lelap.
Dingin menyeruak, rasanya lebih menyenangkan jika berada dalam balutan selimut, tapi inilah konsekuensi. Peserta harus tetap punya prinsip sami’naa wa atho’naa kepada panitia pelaksana. Entah apa yang akan dilakukan oleh Mas-mas dan Mbak-mbak panitia kepada kita, sehingga membangunkan dalam waktu yang masih segelap itu.
Seusai melaksanakan Qiyamul lail para peserta langsung diperintah untuk berbaris di tengah jalan dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang. Kelompok pertama (Ega, Novita, Kiki). Kelompok kedua (Nely, Arvi, Tiwy) tiap kelompok diberangkatkan untuk berjalan dalam kegelapan malam. Di belakang setiap kelompok ada salah satu panitia yang mendampingi. Begitu seterusnya sampai kelompok yang terakhir entah siapa aku tak tahu.
Setelah menemui panitia yang menunggu di tengah jalan akhirnya Aku, Arvi, Tiwy di tambah lagi dengan Ilfa di perintahkan mas Aam untuk menutup mata dengan slayer. Kita berempat diharuskan untuk saling bergandengan tangan, setelah itu salah seorang panitia mendampingi kita, yang pada saat itu aku kebagian Mbak Khofif yang mendampingi kami berempat.
Entah kita melewai jalan yang seperti apa dan bagaimana? Kita pasrah dengan Mbak Khofif mau membawa kita kemana, kita tak mampu melihat, kita hanya bisa mendengar gemericik air yang seolah-olah sangat dekat dan berbahaya untuk kita. Aku hanya bisa pasrah.
Lama dalam diam. Tak ada satupun dari kita yang bersuara, semua seolah semakin terasa mencekam. 10 menit perjalanan dalam kebisuan dan kegelapan, terasa satu jam. Akhirnya tak lama kemudian kita bisa mendengar suara Mbak Innany dan teman-teman yang berada di barisan awal sebelum kita.
“Sandalnya di lepas ya dek” Ucap mbak Innany.
Kita tak bisa melihat. Masih gelap. Tetapi kita tetap memegang prinsip sami’naa wa atho’naa karena benar-benar tidak bisa melihat apa yang panitia persiapkan untuk kita.
Hampir cukup lama menunggu teman-teman yang lain yang berada di belakang kita, akhirnya setelah kumpul semua, kita langsung di sambut oleh suara seseorang yang sangat tidak asing di telingaku dan mungkin juga teman-teman yang lain. Ya meskipun kita tetap dalam keadaan menutup mata, karena slayer belum di izinkan untuk di buka. Tapi sangat terdengar tidak asing suara beliau.
Dialah Mbak Yuli, Mbak Yuli, membuka ketegangan kita dengan sedikit memberitahukan bahwa sekarang ini kita berada di alam terbuka, gemericik air bisa kita dengar. Itulah kekuasaan Allah, Allah yang Maha Besar, yang menciptakan ini semua.
“Ini semua ciptaan Allah. Pernahkah kita terbesit untuk mengucap syukur kepadanya? Allahlah yang menciptakan semua isi langit dan bumi. Pernahkah kita mengingatNya? Bahkan kita sering kali jika mendengar nama Allah, terasa hanya angin lalu, seolah semua terasa biasa”
“Ingatkah adik-adikku? dulu saat kita kecil, asma Allah selalu kita dengungkan. Ayat-ayat cintaNya sering kali kita baca. Tapi sekarang, seolah semakin dewasanya kita, kita merasa telah lupa bahwa Allah selalu ada untuk kita. Bahwa Allah selalu ada di sekeliling kita”
“Saya teringat sebuah cerita. Tentang percakapan Bayi dengan Tuhan. Saat sang bayi akan dilahirkan ke dunia, sang bayi merasa sedih”
Sang bayi bertanya kepada Allah “Ya Allah kenapa aku harus di turunkan ke dunia? Aku sudah merasa sangat senang tinggal dengan Engkau Ya Allah”
 “Ya Allah, aku mendengar bahwa di dunia banyak orang jahat, lalu siapakah yang akan menjagaku?”
Lalu Allah menjawab “Aku telah mengirim seseorang yang akan menjagamu, dialah Ibumu, dia yang akan menjagamu”
“Lalu bagaimanakah agar aku bisa berjumpa denganmu Ya Allah”
“Ibumu akan mengajarkan kepadamu bagaimana cara untuk bertemu aku. Ibumu akan menunujukkan kepadamu jalan untuk menemui aku”
“Adik-adik, apakah selama ini kalian pun merasakan berharganya kehadiran seorang Ibu? Saat Allah berdialog dengan seorang bayi tersebut, Allah mengatakan bahwa Ibulah yang akan melindungi kita. Ibu selalu mengorbankan apapun untuk kita. Tapi apakah kita selama ini telah mampu membahagiakan Ibu kita?”
Mbak Yuli melontarkan kata-kata tersebut dengan di iringi lagunya Melly Goeslow, yang semakin membuat hati tersayat. Aku menitikkan air mata, tapi air mataku tertahan oeh slayer yang menutup kedua mataku. Begitu juga dengan teman-teman yang lain.
 “Adik-adikku, penahkah kita sedikit saja memikirkan orang tua kita? Atau bahkan kita malah tak menghiraukan keadaan orang tua kita, karena kita tersibukkan oleh hal-hal yang selama ini membalut kita. Kita terpusatkan pada tugas-tugas akademik yang sampai semua itu melupakan rasa sayang kita kepada orang tua kita”
“Adikku, pernahkah kita membayangkan jika kita pulang kerumah, tapi tak ada lagi orang tua kita yang akan menyambut kita di depan rumah, tak ada lagi Ibu yang akan menghidangkan masakan istimewanya untuk kita”
Aku semakin keras menangis. Entah, kenapa tiba-tiba air mataku deras mengalir. Aku teringat 3 tahun silam. Aku sangat ingat. Bagaimana saat itu aku pulang kampung dan tak ada Ibu yang menyambutku. Tak ada senyum dan belaian kasih dari Ibu. Aku ingat betul. Bahkan saat itu aku meneteskan air mata, karena tak ada Abah apalagi Ibuku yang menyambut. Aku yang pada saat itu harus merayakan Hari Raya hanya berdua dengan Adikku. Semua terasa berbeda.
 Itulah kenapa aku spontanitas mengeraskan suarakau untuk menangis. Aku tak mau hal itu menimpaku lagi. Memang aku yakin, suatu saat masa itu akan datang menghampiriku juga, bahkan untuk selamanya, tapi aku benar-benar belum siap dan belum menginginkan hal itu terjadi padaku.
Lagu Bunda ciptaan Melly Goeslaw terdengar sayup-sayup. Aku dengan sedikit berbisik-bisik melantunkan lagu itu juga. Tanpa sadar, sesuatu keluar dari mulutku.
“Mbak, aku boleh nyanyi?” pintaku ke Mbak Yuli.
“Boleh” beliau mempersilahkanku. Mungkin Mbak Yuli mengira aku akan menyanyikan lagu bunda itu juga, tapi ternyata tidak.
Senyum terindah yang ku rindu. Saat ku nantikan selalu.
Rinduku akan buaianmu. Darimu Ibuku.
Hadirkan senyum yang terindah. Kala kau hadir disini.
Warnai bahagia selalu. Dirimu dihati.
Rinduku untukmu Oh Ibuku. Hadirkan senyummu oh Ayahku.
Masa indah yang selalu ku kenang bersamamu.
Kata-kata mesra yang terasa membuai jiwa yang tengah gundah.
Bangkitkan jiwa dari kehampaan.
Entah kenapa tiba-tiba spontanitas aku ingin menyanyikan lagu itu. Mungkin sebuah perasaan rindu yang menyeruak dari dalam lubuk hati terhadap Ibuku. Akhir-akhir ini aku memang benar-benar merindukan untuk pulang ke kampung halaman. Merindukan Ibuku.
Mbak Yuli sukses membuat peserta PMO mengeluarkan air mata. Bahkan aku dan Ilfa yang paling keras mengeluarkan tangisan kita. Entah kenapa aku memang selalu sensitif jika sudah mendengar kalimat Ibu.
Setelah mbak Yuli sukses membuat para peserta menangis, kita disuguhi panitia minuman dalam botol. Kita diwajibkan meminum air tersebut. Entah minuman apa? Kita masih berkutat dengan slayer yang menutupi mata kita. Dari botol tersebut tercium bau minuman yang sangat tidak enak. Tapi panitia menyarankan kita untuk meminumnya, apapun yang terjadi. Setelah itu kita di perbolehkan untuk membuka slayer peralahan-lahan. Subhanallah, lampu-lampu kota Malang dan Batu terlihat mempesona. Kita seperti baru saja merasakan mati suri dan kini diizinkan hidup kembali. Subhanallah, betapa indah kuasaMu.
Setelah itu kita kembali ke tempat yang menjadi basecamp kita selama PMO, masih membekas air mata di pelupuk mata kita. Terutama Ilfa, dia terlihat sekali bahwa baru saja menagis. J
Setelah sholat shubuh, mengaji dan sarapan, kita mendapatkan materi lagi yaitu materi terakhir dari anggota DPRD Kota Malang, fraksi PAN. Materinya yaitu tentang networking. Cukup menyenangkan, tapi pemateri tidak bisa membawa audiens lebih jauh. Aku merasa sangat mengantuk. Dan mugkin juga kebanyakan teman-teman yang lain merasakan hal yang sama, apalagi jam 02.30 kita sudah dibangunkan dan di ajak berpetualang kealam bebas untuk bertadabbur alam.
Setelah materi usai, kita melakukan rangkaian outbond yang cukup menyenangkan dan membuat pikiran fresh. Banyak permainan yang dirancang oleh panitia.
Diantaranya permainan itu adalah:
  • Melihat gambar lewat kaca spion, kemudian salah seorang dari kelompok tersebut menggambar apa yang dilihat oleh anggota kelompoknya.
  • Permainan yang kedua yaitu mengangkat air dalam botol air mineral 1000 ml, dari anggota masing-masing kelompok, setiap orang harus memakai satu jari, dan tidak boleh jatuh sebelum mencapai finish.
  • Ketiga, mendapatkan bendera raja.
  • Yang paling mengesankan dan tak terlupakan di pikiran para peserta adalah permainan menjadi sapi dan pemilik sapi. Tiap ketua kelompok harus menjadi pawang sapi dan berusaha mengeluarkan sapi-sapinya dari kandang dengan menggunakan peluit. Karena para sapi tersebut matanya ditutup, maka banyak sekali sapi yang melewati garis pembatas. Dan otomatis mereka gagal menjadi juara.
Setelah rangkaian acara PMO ini usai, tibalah saat yang ditunggu-tunggu, yaitu kembali ke rumah atau ke kostan masing-masing. Tapi sebelumnya kita makan siang dahulu, kemudian evaluasi.
Alhamdulillah, LUAR BIASA…!
Semoga PMO tahun depan, jauh lebih luar biasa lagi dan terlebih IMM UM kedepan bisa menjadi lebih baik. Sebagaimana tema PMO tahun ini.

Karya Nely Izzatul M

Kamis, 01 Agustus 2013

Masalah Nerbitin Buku



menerbitkan buku sendiri saat ini insyaAllah lebih mudah.
Hanya saja, mungkin yang bisa dijadika pertimbangan adalah beberapa hal :
  1. Berapa dana yang tersedia untuk itu?
Saat ini dengan uang sekitar 100ribu s.d 500 ribu kita sudah bisa sudah mencetak buku sendiri. Nah yang jadi pilihannya adalah.

  1. Apakah butuh ISBN atau tidak?  
Bagi sebagian orang seperti doesen, guru dan juga akademis ISBN cukup penting buat mereka, karena untuk mendapatkan kredit poin atau cum guna kenaikan pangkat (sering diplesetkan kredit koin)sedangkan bagi sebagian orang lainnya gak peduli ISBN itu dan bahkan saya tahu ada seorang tokoh di Surabaya yang aktif menulis dan membuat semacam ISBN sendiri dan setiap bukunya ditulisi TIDAK BEST SELLER – hehhe.   

Kenapa ISBN ini masuk dalam bahasan?
Karena kalau tujuan anda mencetak buku tidak peduli dengan ISBN dan buku anda tidak membutuhkan gambar-gambar sebagai ilustrasi di dalam buku yang butuh tampilan yang bagus sekali maka anda bisa memafaatkan teknologi Print On Demand (POD) yang biasanya banyak bertebaran di sekitar lingkungan kampus.

Dengan teknologi POD – semacam fotokopi dengan kualitas bagus – anda bisa langsung cetak dari fash disk, CD atau media penyimpanan apa saja dengan format buku. Sekedar info saja, di Malang ada layanan semacam ini, kalau anda menerbitkan sebuah buku (SATU BIJI) dengan jumlah halaman sekitar 300, maka dengan uang tidak lebih dari 50 ribu anda sudah mendapatkan sebuah buku dengan cover berwarna dan jilid yang bagus.

Nah, tentu hal ini bisa jadi pilihan anda kalau memang tidak pengen ribet mencetak buku pada percetakan yang kadang butuh waktu yang lebih lama.

Sedang jika Anda butuh ISBN dan mencetak dalam jumlah cuman beberapa biji, maka saran saya silahkan memakai jasa penerbit indie yang banyak bertebaran di internet. Silahkan pilih paket-paket yang ditawarkan mereka. Ada yang tanpa modal (tapi anda melakukan layout, desain cover sendiri dst), tetapi ada yang cuman dengan 200 ribu anda akan mendapatkan 1 buah buku, tetapi sudah bebas dari kewajiban layout dan desain cover.

Beberapa penerbit online yang saya tahu dan pernah saya berhubungan atau sekedar mencari informasi dengannya adalah : Leutikaprio, Mu Media Jogja, Nulisbuku, dapurbuku dan lain sebagainya.

  1. ½ Indie vs Full Indie
Pada bagia akhir poin dua di atas sudah saya singgung tentang penerbit indie, yang itu banyak bertebaran di dunia maya. Bagi saya penerbit-perbit tersebut masih ½ indie, pasalnya anda tidak sepenuhnya mengurusi penerbitan buku anda. Gampangnya terima jadi saja.

Sementara ada juga pilihan menerbitkan buku yang Full Indie  - pada pilihan ini, anda akan sedikit ribet, karena harus mengurus sendiri semuanya, mulai editing, menentukan layout (dengan bantuan dari tenaga profesional atau teman anda, atau dari tempat anda mencetak buku), bahkan sampai-sampai membuat desain cover (baik dengan tenaga anda sendiri atau menyewa orang lain), dan yang terakhir sampai memasarkan sendiri buku tersebut.

Lantas apa beda keduanya?
Yang pasti adalah jika anda menerbitkan buku sendiri dengan jumlah 200 ekesmplar atau lebih, misalnya buat murid-murid di sekolah, atau buku komunitas yang anggotanya ratusan orang,  dan anda/organisasi anda mempunyai dana untuk itu maka pilihan full indie ini yang saya sarankan. Karena AKAN JAUH LEBIH MURAH.

Kenapa begitu?

Mari saya berikan gambaran sekilas tentang masalah harga buku diterbitkan dengan ½ Indie dengan yang full indie.

Baru saja temen saya menerbitka buku setebal 150 halaman dengan penerbit ½  indie – dengan membayar uang 500 ribu, dan dalam waktu sekitar 30 hari dia akan mendapat sebuah buku, sedangkan dengan uang 1 juta, dengan waktu 1 minggu dia mendapat 1 buku juga. Oh ya, ukuran bukunya kurang lebih seukuran A5 atau setengah dari A4.

Sementara saya pernah mendapatkan penawaran seperti ini beberapa bulan yang lalu dari sebuah penerbit di Jogja

Untuk buku ukuran A5 halaman 300. Kertas HVs 70 gr, Finishing bending. Perhitungannya sebagai berikut :
100 eks --- Rp 22.000/Buku   atau 2.200.000
 200 eks --- Rp18.000/Buku   atau 3.600.000
300 eks --- Rp 14.000/Buku  atau 4.200.000
500 eks --- Rp 10.000/Buku atau 5.000.000

Nah silahkan dibandingkan,


Demikian sekilas bagaimana menerbitkan buku sendiri. #Sumber : PNPB
Jika ada yang di diskusikan monggo silahkan ditulis dikolom komentar

Selasa, 30 Juli 2013

Kader Lulus

Angkatan 2007
Jauhar Arif
Hilmi
Khofif

Angkatan 2008
Miftah Farid
Eko Anang Hanafi
Afif Hidayatullah

Angkatan 2009
Aulia Norma Noviani

Data Base Kader

Angkatan 2009
Ervina
Nisa'

Angkatan 2010
Ryan Akbar Atmaja
Agregat Illah
Nely Izzatul
Elsa Wahyuningtyas
Nur Afida Hanum

Angkatan 2011
Ahmad Fani Alfian
Afandi Sudarnadi
Doni Eko Hartono
Atikah dewi
Fentin Ria A
Qistya Karimah
Hanif Lailisyah
Leli Kusuma
Linda Meisari Yahya
Tutus

Angkatan 2012
Ifan
Wahyu
Shobir
Wulan
Renda
Ulfa
Saroh
Ita
Lia